SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Sabtu, 27 Juni 2009

Nemu duitnya sendiri (2)

Ini lanjutan dari judul “Nemu duitnya sendiri (1)”. Pagi-pagi bangun terasa sepi nggak ada suara anak kecil. Biasanya sudah terdengar ocehannya si kecil. Aku masih mikir kejadian semalam terutama soal asal muasal uang, kok bisa ada uang Rp.15.000,- didompet yang belum pernah dipakai. Sedang soal agar uang itu bisa dimanfaatkan karena sudah ditarik sari peredaran, sudah ada jalan keluarnya. Tinggal kapan ke Bank Indonesia untuk menukarkan menjadi uang yang berlaku. Jam 7.15 aku berangkat kekantor dengan pertanyaan yang belum terjawab. Aku bawa beberapa lembar untuk bahan cerita di kantor.

Sampai di Kantor aku ceritakan kejadian semalam. Teman-teman pada heran kok bisa menyimpan uang sampai lupa. Aku tanya pada teman teman mengenai peraturan Bank Indonesia tentang penarikan uang , namun mereka mengatakan belum pernah mendengar atau membacanya. Ada salah seorang teman senior bilang :
“Sini aku tukar 1 lembar buat kenang kenangan” katanya.
Aku berikan kepadanya dan ditukarnya dengan lembaran lima ratusan yang berlaku saat itu.
Salah seorang yang lain mengatakan :
“Besok aku mau ke Bank Indonesia mau ketemu seseorang. Kalau kamu mau besok ikut aku. Bawa uangnya kita coba tukarkan disana”.
“Baik pak besok saya bawa”.

Besoknya aku bawa semua uangnya. Kira-kira jam 11.00 temanku mengajak berangkat ke Bank Indonesia di jalan Thamrin dengan mengendarai sepeda motor. Temanku pakai kaca mata hitam, gagah juga kelihatannya. Aku berpikir kalau nanti uangnya bisa ditukar, aku akan beli kaca mata untuk dipakai kalau naik motor. Aku tanya padanya :
“Pak beli kaca mata itu berapa pak?”
“Lima ratus”
“yang bener, masak kaca mata kaya gitu lima ratus”
“Ya kalu nggak percaya ya sudah. Aku paling senang kalau ada orang bilang barang yang kupakai mahal”.
“Kalau gitu tolong dong sekalian anterin ke Tanah Abang beli kaca mata sekalian makan”.
Tidak lama perjalanan dari kantor ke B.I. Kantorku di jalan Merdeka Utara dekat istana jadi hanya melewati jalan Merdeka Barat sudah sampai.

Sampai di B.I., Temanku menemui dulu kenalannya. Setelah selesai keperluan dia, kemudian kami menuju ke lantai II tempat penukaran uang. Disini bank-bank biasa mengambil uang untuk keperluan transaksi hariannya. Aku lihat disitu uang sepertinya dianggap barang saja. Membawanya dari gudang uang (ruang kazanah) memakai kereta dorong seperti yang biasa dipakai untuk membawa barang dagangan. Ternyata tidak ada hambatan sedikitpun menukar uang yang sudah lama ditarik dari peredaran. Legalah perasaanku. Dari B.I. kemudian ke Tanah Abang mampir dulu di warung makan Padang baru cari kaca mata. Setelah tawar menawar jadilah aku beli kaca mata dengan harga Rp.750,-. untuk dipakai kalau naik motor.

Kaca mata yang aku beli ini juga punya cerita sendiri. Besoknya aku naik motor kekantor dengan memakai kaca mata baru. Sampai depan kantor ada teman wanita dari bagian lain yang baru saja menyeberang jalan depan kantor. Dia masuk pintu depan dan aku menuju ke belakang memarkir motor dulu. Tidak lama aku masuk ruangan kerja, datanglah teman tadi dan bertanya :
"Guh kaca mata kamu baru ya, lhat dong"
"Beli dimana ini?".
"Di optik Tanah Abang", jawabku. Padahal di gelaran kaki lima.
"Mahal ini ya, Berapa sih harganya?".
"Coba kamu tebak kira-kira berapa". Kemudian diperhatikan lagi kaca mataku.
"Sepuluh ribu, lebih ya?".
"Ya sekitar segitu, tapi kamu bisa dapat 1 losin", Jawabku.
"Yang benar dong kalau ditanya"
"Ya benar, aku beli Rp.750,-. Kalau nggak percaya tanya sama pak Hamid. Kemarin dia yang mengantar aku ke Tanah Abang".
"Masak sih, kok murah ya".
"Ya memang segitu. Tapi kalau kamu beliin pacarmu jangan bilang kalau harganya Rp.750,-".
"Ah bisa aja kamu".

Kembali ke ..... lap top. Berapa besar sih Rp.15.000,- uang yang aku temu itu kalau dinilai sekarang? Sebagai gambaran waktu itu aku dan teman-teman kantor sering makan mie ayam model gerobag di belakang Bank of America (sebelah kantorku) semangkok Rp.100,-. Jadi uang tersebut bisa beli 150 mangkok mie ayam. Kalau tiap hari beli semangkok bisa untuk 5 bulan. Kalau sekarang harga mie ayam sekitar Rp.7.000,- / mangkok, berarti 150 x Rp.7000,- = Rp.1.050.000,-. Atau kalau dibandingkan dengan yang lain. Kalau makan siang sering juga aku dan teman-teman makan soto betawi di Harmoni. Seporsi soto dengan nasi waktu itu harganya Rp.150,-. Berarti uang Rp.15.000,- bisa beli 100 porsi. Kalau sekarang seporsi Rp.10.000,- berarti 100 mangkok adalah Rp.1.000.000,-. Jadi pas kalau Rp.15.000,- dulu itu nilainya sekitar 1 juta sekarang. Nah kalau kita lagi bokek nemu satu juta rupiah kan senang sekali bukan? Bahkan nggak lagi bokekpun senang banget. Makanya kalau nggak bisa ditukar alangkah sedihnya aku.
(tsubiyoto)

Kamis, 25 Juni 2009

Nemu duitnya sendiri (1)

Peristiwa ini terjadi tahun 1981. Waktu itu ada acara selamatan di rumah mertua. Acaranya diadakan setelah bakda isya. Istriku dan anakku yang masih kecil (waktu itu baru punya anak satu) sejak pagi sudah ada disitu. Aku karena kerja dulu jadi kerumah mertua setelah pulang dari kantor. Kebetulan rute dari rumah ke kantor melewati depan rumah mertua. Acaranya hanya membaca doa bersama kemudian dilanjutkan dengan makan-makan. Selesai acara ibu mertua minta supaya nginep saja karena masih kangen sama cucunya. Karena harus nunggu rumah aku terpaksa pulang sendiri.
Dirumah nyetel tv acaranya nggak menarik. Waktu itu chanel tv cuma satu yaitu TVRI, jadi karena acara nggak suka terpaksa di matikan. Iseng karena belum mengantuk, aku buka-buka laci meja yang berada di kamar tidur sebelah yang tidak ditempati. Aku mengeluarkan kertas-kertas yang ada di laci, kemudian menemukan sebuah dompet yang masih baru. Dompet siapa ini pikirku. Perasaan aku tidak pernah beli dompet dalam beberapa bulan belakangan ini. Aku coba mengingat ingat. Dari bentuk dan warnanya sepertinya memang akau pernah beli dompet seperti itu. Tapi kapan dan dimana aku beli?. Belum juga bisa menebak lalu aku buka dalamnya. Betapa kagetnya aku, didalam dompet terdapat banyak uang kertas baru pecahan Rp.500,-. Aku tambah terheran-heran. Asal dompet belum tahu sekarang ditambah soal uang. Aku hitung uangnya berjumlah 30 lembar baru semua. Jadi nominalnya Rp.15.000,- . Kebetulan waktu itu istilahnya lagi tanggal tua, aku lagi “bokek”. Uang didompet yang ada dicelanaku hanya cukup untuk beli bensin motor dan makan siang sampai tanggal gajian. Aku girang bukan main lagi bokek nemu uang Rp.15.000,- perasaan seperti menang lotre. Aku berpikir , dari mana uang itu?

Aku kemudian tidur-tiduran sambil mengingat ingat akan dompet dan uang tersebut. Lama-lama mulai terkuak rahasia dompet itu. Dari bentuk, warna serta modelnya aku mulai ingat. Dompet tersebut aku beli waktu bertugas ke Banjarmasin. Itu terjadi tahun 1976 ketika aku masih bujangan. Dompet itu tidak langsung aku pakai karena dompet yang aku pakai saat itu masih bagus. Jadi dompet baru itu aku simpan saja. Aku masukkan dalam koper tempat pakaianku. Sekarang sudah jelas asal muasal dompet tersebut. Namun kenapa ada uang didalam dompet, aku masih belum bisa mengingat. Tapi sudahlah yang penting aku punya uang cukup banyak Rp.15.000,- . Banyak untuk ukuran orang yang nggak pernah punya uang banyak.

Kembali aku buka dompet tadi, namun aku agak terkejut. Setelah aku perhatikan gambarnya ternyata uang itu adalah uang yang sudah “tidak berlaku”. Uang tersebut sudah ditarik dari peredaran. Betapa lemes dan kecewanya aku. Sedang bokek dapat uang banyak tapi kok sudah nggak laku, sama aja boong kalau istilah sekarang. Aku akhirnya kembali benar-benar bokek. Aku tidur-tiduran lagi (mau tidur beneran juga nggak bisa) sambil memikirkan nasib beruntung tapi sial. Aku mengingat ingat lagi sambil mikir-mikir.

Lama-lama ada “sinar terang” dalam masalah uang ini. Aku ingat akan peraturan dari Bank Indonesia tentang penarikan uang itu secara bertahap. Aku baca peraturan itu waktu saya bertugas ke Banjarmasin itu. Aku ke Banjarmasin memang ditugaskan ke Bank Indonesia untuk merobah program “Rekening Koran” mesin pembukuan disitu. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa jika uang ditarik dari peredaran ada tahapannya, tapi persisnya aku tidak ingat. Yang jelas bila uang ditarik dari peredaran maka selama sekian bulan masih bisa ditukar di semua bank. Setelah itu hanya bisa ditukarkan di bank pemerintah selama periode tertentu. Terakhir uang tersebut masih bisa ditukar tetapi hanya di Bank Indonesia dan waktunya cukup lama yakni tahunan. Kembali timbul rasa senangku. Beberapa saat kemudian aku tertidur.
(tsubiyoto)

Rabu, 24 Juni 2009

Pulau Putri – Eh, ..... Itunya.......

Ini cerita tentang kejadian di Pulau Putri, tapi ini cerita dari temanku. Tahun 1983 aku pindah kerja dari perusahaan yang mengageni komputer ke salah satu Lembaga Keuangan. Suatu saat salah satu teman baru ku di kantor itu cerita bahwa baru minggu sebelumnya diadakan wisata bersama seluruh karyawan ke Pulau Putri. Waktu itu seluruh karyawan jumlahnya memang belum banyak baru sekitar 30 orang jadi untuk mengatur perjalanan dan akomodasi lebih mudah.

Berangkat dari Jakarta menggunakan kapal cepat (Sky Jet atau Jet Sky) yang waktu itu belum lama beroperasi. Tentunya perjalanan dengan jenis tranportasi baru tersebut cukup menyenangkan walaupun ada juga yang mabuk laut. Ceritanya karena naik jet sky maka perjananan tidak terlalu lama sudah sampai di Pulau Putri. Setelah acara welcome drink dan pengaturan dimana masing-masing tidur, sebagian besar peserta terutama yang muda-muda langsung menju ke pantai. Ada yang berenang untuk yang bisa dan berani berenang di laut. Ada yang yang beraninya sampai kedalaman sedada. Ada juga yang cuma main air di pinggir pantai saja.

Diantara yang berani sampai kedalaman sedada ini ada karyawan wanita yang merupakan “kembang” nya kantor. Masih muda, cantik ramah dan belum punya suami, sebut saja namanya “Putri”. Tentunya banyak yang menemani Putri baik cowok maupun cewek. Putri ini memakai bikini, coba sudah cantik pakai bikini apa nggak tambah kelihatan cantiknya. Dia ini tidak berenang cuma seperti berendam saja . Sebentar dimasukkan badannya sampai sebatas leher kemudian berdiri tegak sehingga permukaan air sampai di bawah dada. Masih banyak teman temannya yang masih dibibir pantai belum masuk ke air.

Suatu ketika saat Putri sedang menaik turunkan badannya di air, dia memanggil salah satu temannya yang bernama Tina untuk ikut masuk ke air. Tapi Tina justru malah berteriak
“Hai Putri ........ itu.....itunya ...!!!!” teriak Tina.
“Ya ayo kesini, airnya anget .... asyik deh”.
“Itu Putri ...... anumu itu ....... turun” teriak Titik lagi sambil menunjuk ke dada. Yang lainpun akhirnya melihat kearah Putri. Akhirnya riuh semua orang yang ada disitu . Ada yang berteriak ada yang ketawa keras keras.
Ada apa rupanya yang terjadi dengan Putri. Saat dia berendam sambil menaik turunkan tubuhnya tanpa disadari bikini bagian atasnya melorot. Mungkin karena ukurannya yang kurang pas, atau kurang kencang sehingga waktu berendam bikini atas makin berat kena air lama-lama turun. akhirnya menyembullah miliknya yang seharusnya tidak boleh dinikmati oleh umum. Maka riuhlah rombongan yang ada di pantai. Betapa malunya si Putri anda bisa bayangkan sendiri.
(tsubiyoto)

Pulau Putri – Siapa yang mencuri.

Ini cerita lagi tentang biawak di Pulau Putri. Tapi ini bukan aku sendiri yang menyaksikan, ini cerita dari salah satu pegawai Pulau Putri. Begini ceritanya :
Suatu waktu ada sepasang turis manca negara yang sudah agak lanjut usianya menginap di salah satu cottage di Pulau Putri. Pagi-page hari pertama menginap dia pesansarapan. Pesanan adalah roti panggang dan seperti biasa dilengkapi mentega / butter, selai dan keju. Minumannya kopi. Petugas Room Service mengantarkan ke cottage dan meminta tanda tangan pada bill pesanan. Pesanan tersebut di taruh di meja teras. Pagi-pagi minum kopi dan makan roti panggang dengan pemandangan suasana pantai yang cerah di pulau yang indah, disertai istri yang setia menemani hampir separuh hidupnya, sungguh nikmat hidup ini.
Setelah menikmati suasana pagi, kemudian mereka masuk ke kamar. Entah mengapa roti tadi hanya dimakan sepotong dan istrinyapun cuma minum kopi. Sisanya tidak dibawa masuk. Kira-kira satu jam kemudian si suami keluar dari kamar mau makan sisa rotinya. Namun dilihatnya piring tempat roti sudah kosong. Dia pikir ada orang yang mengambil roti. Dia merasa kecewa dan jengkel. Masa roti saja ada yang mengambil. Dia sudah berprasangka buruk kepada para pegawai cottage.

Besoknya untuk sarapan dia pesan lagi kopi dan roti. Seperti kemarinnya roti hanya dimakan sepotong dan kemudian ditinggal masuk ke kamar. Dia penasaran dengan kejadian kemarin. Sebentar sebentar dia mengintip ke teras. Rupanya dia ingin menangkap basah si pencuri roti. Namun sudah berkali kali mengintip ke teras, roti masih tetap disitu.

Setelah beberapa kali mengintip akhirnya dia terkaget kaget ada biawak yang masuk ke teras. Sengaja dia tidak mengusir biawak tersebut, diamati saja terus biawak itu. Dengan perlahan lahan biawak itu menuju meja dimana roti ditaruh. Kemudian menaiki meja dan dilahapnya roti panggang. Rupanya biawak Pulau Putri sudah kenal bule makanya sarapannya pun cari roti. Dengan terheran-heran si bule menyaksikan adegan itu. Dia sadar dan merasa bersalah telah mempunyai pikiran jelek bahwa yang mengambil roti adalah pegawai cottage.

Besoknya untuk sarapan dia pesan lagi roti untuk 3 porsi, satu porsi akan diberikan pada biawak. Kali ini roti ditaruh mulai didepan tangga cottage, sepotong ditangga, sepotong diteras dan sepotong dipegangnya. Ditunggunya biawak yang doyan roti itu. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya dari jauh kelihatan biawak menuju ke cottagenya. Di tunggu dan amati biawak tersebut dengan sabar. Perlahan-lahan sang biawak mendekat menuju tangga. Ditemui roti pertrama kemudian disantapnya. Dilanjutkan naik tangga dan disantapnya roti yang kedua. Mau masuk teras dia ragu-ragu karena ada si Bule. Karena Bule nya diam saja akhirnya setapak demi setapak biawak itu maju menuju roti ketiga. Setelah dekat, dengan lidahnya yang panjang diambilnya roti yang ketiga. Setelah roti ketiga masuk ke perut biawak itu memndangi si Bule. Kemudian Bule memperlihatkan roti yang ada ditanganya, dan acungkan kearah biawak. Biawak itu memandangi Bule mau maju tapi takut.
“Come ......, come......” kata bule. Nggak tahu biawaknya sudah kursus bahasa Inggris apa belum.
Sang biawak masih diam saja sambil matanya kedap kedip.
“Come on...baby.....”.
Dengan ragu mendekat juga biawak itu sambil menjulur-julurkan lidahnya. Akhirnya setelah dekat dengan tangan si Bule dicaploknya roti yang ke empat. Bule tersebut sangat girang bisa memberi makan biawak liar dari tangannya. Istrinya yang dari tadi mengintip dari pintu juga merasa surprise atas tindakan suaminya. Dia kawatir biawak itu akan menggigit tangan suaminya. Setelah tidak ada roti yang diberikannya maka dengan perlahan lahan balik kanan jalan perlahan lahan menuju semak semak.

Begitu senangnya Bule itu, ketika makan siang direstoran diceritakan kejadian tadi pagi kepada pegawai-pegawai cottage. Besoknya diulanginya upacara pemberian makan biawak. Itu dilakukan sampai hari terakhir menginap di Pulau Putri. Sebelum check out dia bilang pada petugas front office bahwa dia nanti liburan tahun depan akan ke Pulau Putri lagi. Dia akan menemui biawak kesayangannya dan akan memberi makan dari tangannya.

Nah binatang yang sebagian besar orang merasa jijik saja bisa membuat turis ingin kembali mengunjungi tanah air. Bagaimana dengan kita yang diberikan budi dan akal? Bisakah turis menjadi betah saat berkunjung di negri kita dan bisa membuat turis untuk berkunjung kembali kesini?. Harusnya bisa.
(tsubiyoto)

Pulau Putri – Binatang di kamar mandi.

Kegiatanku memberi pelatihan penggunaan mesin Front Office Cashier di Pulau Putri agak santai, karena trainee sudah biasa menggunakan mesin kasir untk restoran. Jadi hanya perlu penyesuaian saja. Paling untuk night auditor yang lebih serius dan prakteknya dilakukan tengah malam, dimulai pukul 23.00. sampai semuanya cocok baru bisa tidur.
Sore itu aku berenang dipantai sampai ditemani seorang pegawai disitu. Menjelang maghrib baru selesai berenang aku langsung menuju kamar mandi di cottage. Ketika sedang mandi aku lihat dari bayangan lampu ada yang bergerak-gerak. Aku cari sumber bayang tersebut. Aku kaget dan setengah takut ternyata yang bergerak-gerak tadi adalah ekor dari binatang. Binatang tersebut menyerupai bunglon namun lebih besar dan lebih panjang. Binatang itu bertengger di dinding kamar mandi yang terbuat dari kayu & bambu. Aku segera mengguyur badanku pelan-pelan supaya binatang tsb tidak kaget. mengambil handuk dan segera masuk kamar tidur dan menutup kamar mandi. Aku benar-benar tidak tahu binatang apa yang ada di kamar mandi. Yang aku takutkan adalah kalau binatang itu berbisa.

Kira-kira jam 20.00 perut sudah terasa lapar. Aku menuju ruang restoran didekat front office untuk pesan makanan. Suasana direstoran sepi karena pengunjung Pulau Putri waktu itu tidak banyak. Aku pesan makanan dan tidak lama sudah tersedia. Aku ditemani salah seorang pegawai. Meskipun aku baru satu – dua hari disitu, tetapi karena aku tamu khusus ( agak nyombong dikit ) maka banyak yang mau nemani. Kadang kadang kalau siang atau sore ngobrol dipantai dibawah pohon ketapang yang rindang. Malam ngobrol diderma (kecil) dari kayu sampai larut malam. Mereka umumnya sering rindu rumah, meskipun jarak dari Jakarta tidak terlalu jauh namun mereka hanya bisa pulang 3 bulan sekali. Karena itu mereka senang kalau ada tamu yang mau diakak ngobrol.

Kembali ke lap top ..... eh ke waktu makan. Pada kesempatan itu aku ceritakan kejadian dikamar mandi tadi yang membuat aku ketakutan. Eh ternyata jawabannya enteng saja :
“Ah itu biasa saja mas, nggak usah takut”
“Lho, memang itu apa?”
“Itu anak biawak. Disini banyak biawak dan tidak buas, asal tidak diganggu. Biarkan saja dia, nanti juga dia pergi sendiri.”
Benar juga waktu aku pertama ketemu biawak besar dipantai aku diam saja akhirnya biawak itu yang menjauh masuk semak-semak.
Paginya waktu mau mandi aku cari-cari anak biawak tadi malam tapi sudah nggak kelihatan lagi.
(tsubiyoto)

Pulau Putri – Suasana pulau

Hari pertama menginap pagi-pagi aku mengelilingi pulau sambil ambil foto-foto saat sun rise. Sepanjang berjalan dipantai banyak ditemukan binatang laut kecil-kecil. Yang menarik perhatianku adalah bintang laut. Biasanya aku melihat bintang laut yang sudah mati dan dikeringkan untuk hiasan. Disini akau melihat bintang laut yang masih hidup. Kutangkap satu bintang laut dan aku terlentangkan badannya diatas pasir. Aku kira dia nggak bisa berbalik. Ternyat meski lama bintang laut tersebut bisa membalikkan badannya dengan gerakan yang tidak pernah aku bayangkan. Subhanallah, ciptaan-Nya tak ada yang bisa menandingi. Ketika melanjutkan perjalanan aku terkejut ada binatang seperti buaya berada dipantai, ternyata itu adalah biawak. Dipulau ini memang bayak biawak . (Ada cerita menarik tentang biawak di Pulau Putri ini, lihat nanti ditulisan yang lain).

Kalau kita mengitari pulau ini dengan jalan santai hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit. Ternyata Pulau Putri luasnya hanya sekitar sekitar 8,3 ha saja. Pulau-pulau sekitanya dapat terlihat jelas. Pegawai yang bekerja disini mendapat tempat menginap di pulau sebelah barat ( aku lupa nama pulaunya ). Jadi tiap hari para pegawai melakukan perjalanan antar pulau. Di pulau ini tempat menginap berupa cottage dengan dinding kayu dan bambu dan atap rumbia, cukup eksotis dan bangunan seperti ini yang justru menarik bagi para turis yang sudah biasa dengan bangunan moderen. Menurut cerita salah satu pegawai, banyak turis yang tidak puas kalau hanya mengunjungi sekali ke pulau ini. Karena disini letaknya tidak jauh dari Jakarta namun suasananya tidak ada hiruk pikuk, benar-benar alami. Tidak ada deru mobil dan motor yang memekakkan telinga. Tidak ada asap kendaraan, asap pabrik atau asap pembakaran sampah, paling asap dari dapur restoran yang baunya bikin lapar, itupun kalau berada dekat dapur. Kalau lagi jalan sendiri pag-pagi mengelilingi pulau aku teringat cerita tentang Robinson Crusoe karya Daniel Defoe yang terdampar dipulau sendirian.

Cottagenya umumnya menghadap ke pantai dan disesuaikan lingkungan, bersih tapi bukan bangunan yang mewah. Makanannya terutama ikannya masih fresh bahkan bisa dari hasil mancing sendiri. Lautnya yang tenang terutama pagi dan siang hari, cocok untuk rekreasi laut seperti mancing, berenang, menyelam dan berperahu. Berenang dengan memakai snorckle (?) dan kaca mata renang didekat pantai saja sudah dapat melihat pemandangan dalam laut yang indah. Ikan-ikanya, binatang laut lainnya dan terutama karangnya benar-benar menawan. Apalagi kalau agak ketengah dengan menyewa alat penyelam pasti lebih mempesona. Hanya aku agak takut dengan binatang seperti ular belang hitam kuning. Kalau didarat ular belang kuning hitam itu katanya sangat berbisa. Tapi kata pegawai disitu binatang itu tidak apa-apa, tidak berbisa.
Suasana Pulau Putri tersebut adalah suasana tahun 1977. Sekarang saya dengar sudah ada fasilitas tambahan. Ada aquarium di bangunan utama dan bahkan ada aquarium bawah laut. Saya tidak tahu apakah dengan berbagai tambahan tersebut masih membuat Pulau Putri alami atau bernuansa moderen.
(tsubiyoto)

Selasa, 16 Juni 2009

Persepsi Anak – Peluru Kendali.

Ini masih dalam era perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur tahun 50 an. Bahwa Amerika Serikat dan Uni Soviet masing-masing sudah mempunyai peluru kendali itu sudah menjadi berita radio atau koran. Seperti sekarang berita tentang Korea Utara atau Iran yang sudah melakukan percobaan peluru kendali.
Suatu saat adik nenekku (yang mengasuh aku dari Kecil) membeli koran bekas untuk dipakai bungkus untuk orang belanja atau dibuat kantong kecil untuk bungkus gula ¼ kilo. Koran bekas itu aku baca dulu sebelum dipaki bungkus. Salah satu koran tersebut terdapat gambar karikatur seseorang menggunakan topi bergambar bintang dan bergaris (melambangkan orang Amerika atau biasa disebut paman Sam) menaiki sejenis bom yang panjang. Aku pikir ini pasti gambar peluru kendali. Memang dalam pikiranku peluru kendali itu dinaiki oleh orang dan di kendalikan untuk menuju sasaran. Hanya saja yang tidak habis pikir kok ada yang mau mengendalikan peluru / bom, kan pasti dia akan mati karena bomnya meledak.
Itulah gambaran aku waktu keci tentang peluru kendal. Tapi nggak tahunya sekarang malah banyak orang yang mau meledak bersam bom seperti yang sering dengan beritanya tentang (pasukan) bom bunuh diri.
(tsubiyoto)

Persepsi Anak - Bom Zat Air

Dasa warsa 50 an adalah era perang dingin antara Blok Barat yang komandoi oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang pimpin oleh Uni Soviet. Era itu diwarnai dengan perlombaan senjata terutam nuklir. Waktu itu istilah nuklir belum populer lebih dikenal dengan bom atom. Kemudian ada lagi dikenal dengan bom zat air, ini merupakan istilah saat itu untuk bom hydrogen atau bom H.
Suatu saat aku sedang mendengarkan siaran berita RRI. Meskipun masih di SR aku senang mendengarkan berita. Dalam siaran berita tersebut diketengahkan bahwa Amerika Serikat dalam melakukan percobaa bom zat air telah berhasil dengan baik. Karena berita itu dalam bukan berupa tulisan saya menerimanya sebagai bom sat air. Aku pikir bom sat air adalah bom yang diciptakan untuk meng “asat”kan air atau mengeringkan air. Waktu bermain dengan teman-teman aku ceritakan bahwa sekarang sudah ada bom sat air. Aku bilang bahwa kalau bom itu di jatuhkan di Rawa Pening maka airnya akan kering (asat). Rawa Pening adalah nama danau didekat tempat tinggalku di Ambarawa.
(tsubiyoto)

Persepsi Anak - Nabi Muhammad

Di kampungku nama selain nama Jawa yang menggunakan huruf O banyak juga nama orang yang menggunakan namai Arab / bahasa Arab. Nama seperti Machmud, Maskur, Alif, Ali, Hassan dll. Juga banyak yang menggunakan nama nabi misalnya Adam, Yunus, Yusuf, Muhammad, Ibrahim dan sebagainya. Karena bayak dan terbiasa mendengar nama-nama itu maka menurut saya (nama dari Arab) merupakan nama (orang) Jawa. Apalagi waktu di kelas 3 SR (sekarang SD) guru saya sering mendongeng tentang riwayat nabi tentunya dengan bahasa Jawa dan tidak pernah diceritakan bahwa nabi-nabi itu dari negeri nun jauh disana.

Di kampung saya waktu itu sering diadakan semacam selamatan di rumah kepala dukuh (di kampung saya disebut Bekel). Biasanya diadakan kalau ada peringatan keagamaan (Islam) atau peringatan yang mungkin peninggalan dari jaman Hindu seperti sedekah desa. Dalam acara itu setiap rumah diwakili oleh sesorang biasanya kepala keluarga, masing-masing membawa makanan. Makanan yang dibawa adalah nasi dalam bakul dengan lauk pauk ditaruh dalam tempat terbuat dari daun pisang, biasa disebut takir. Makanan lalu digelar diatas tikar setelah diberi hamparan daun pisang. Setelah ada sedikit semacam sambutan atau kotbah dan doa maka makanan tersebut dimakan berramai-ramai.

Waktu itu aku ingat adalah dalam rangka peringatan Maulud Nabi. Saya meskipun masih kecil tapi selalu disuruh mewakili adiknya nenek. Karena dalam rangka mauludan maka sambutannya tentang riwayat nabi. Dalam sambutan itu saya mendengar bahwa Junjungan kita Nabi Muhammad adalah orang Arab lahir di Mekah. Aku kaget mendengar hal tersebut Dalam hati tidak percaya kalau Nabi Muhammad adalah orang Arab. Semua orang yang namanya Muhammad yang saya kenal adalah orang Jawa. Bahkan teman sepermainanku namanya juga pakai Muhammad yaitu Muhammad Sugiono yang biasa kita panggal dengan “Muh”.

Setalah agak besar dan mendapat informasi & pengetahuan disekolah terutam saat di SMP ada pelajaran sejarah dunia termasuk sejarah nabi Muhammad barulah dapat memahami. Kalau ingat acara di rumah pak Bekel aku suka geli sendiri.
(tsubiyoto)

Persepsi Anak - Tuhan

Pada waktu masih kanank-kanak pasti pernah mempunyai persepsi atau gambaran tentang sesuatu yang berbeda dengan keadaan sebenarnya atau persepsi setelah dewasa. Persepsi semacam itu aku kira karena keterbatasan daya pikir dan keterbatasan pengetahuan atau informasi. Coba Anda ingat-ingat mungkin Anda mempunyai persepsi yang lucu, aneh, menggelikan dan mungkin hebat karena pemikirannya jauh kedepan melewati keadaan dimasa itu.
Setiap manusia di dunia ini pasti pernah mendengar kata Tuhan apapun bahasanya. Aku sendiri waktu kecil pernah mendengar kata “Gusti Allah”, “Yang Kuasa / Sing Kuwoso”, “Pangeran”, Coba ingat apa yang anda bayangkan tentang Tuhan pada saat anda masih kecil. Aku masih ingat bayangan tentang Tuhan yaitu seperti ini :
Tuhan itu seperti manusia yang ada dilangit sendirian. Bayanganku saat itu manusia tersebut seperti seorang nenek yang rambutnya sudah memutih badannya agak gemuk. Karena pernah mendengar bahwa Tuhan (waktu biasa menyebut Gusti Allah) terkadang menurunkan hujan, bayangku dilangit ada air dan kalau Tuhan mau menurunkan hujan maka Tuhan menusuk-nusukan paku didasar langit sehingga langit bocor dan turunlah hujan. Kalau airnya habis maka dasar langit yang berlubang tertutup kembali.
Bagaimana dengan anda ?
(tsubiyoto)

Minggu, 14 Juni 2009

PULAU PUTRI - Penumpang Tunggal

Tahun 1977 saya mendapat tugas ke Pulau Putri. Pulau ini termasuk gugusan kepulauan seribu yang jauh dari Jakarta. Tugasku adalah untuk melatih penggunaan mesin Front Office Cashier. Selain kasir F. O. yang mendapat pelatihan adalah Night Auditor yaitu petugas yang melakukan audit harian tentang transaksi yang terjadi di hotel / cottage. Waktu itu kalau mau ke Pulau Putri menggunakan 2 jenis trasportasi. Pertama naik pesawat jenis kecil ke Pulau Panjang, kemudian disambung dengan naik kapal jenis kecil juga ke Pulau Putri. Di pulau Panjang ini terdapat lapangan terbang yang sederhana baik landasannya maupun bangunan airportnya. Seperti lapangan terbang perintis yang hanya bisa didarati pesawat kecil.
Setelah mendapat konfirmasi dari management Pulau Putri dan ditetapkan tanggal keberangkatan. Waktu itu bandara komersial masih di Kemayoran. Setelah melaksanakan prosedur keberangkatan seperti biasa, maka tinggal menunggu panggilan untuk boarding. Begitu panggilan tiba bergegaslah aju menuju pintu dan ditunjukkan oleh petugas pesawat yang akan ke Pulau Putri. Karena tempat parkir peawat tidak jauh maka cukup dengan jalan kaki saja. Namun herannya tidak orang lain yang menuju ke pesawat itu. Sampai dipesawat seorang pilot atau co-pilot bilang :
“Silahkan naik, bapak satu-satunya penumpang kami”
dalam hati bebat juga nih, jadi satu-satunya penumpang.
Tidak lama datang sesorang dan bertanya kepada pilot
“Mas kosong ya, saya ikut ya ada tugas di Pulau Panjang”
“Ya silahkan”.
Rupanya orang tersebut petugas teknisi di lapangan terbang Pulau Panjang. Akhirnya penumpangnya berjumlah dua orang. Tidak lama kemudian pesawat take off. Tidak ada pramugari di pesawat tersebut. Terbangnya pun tidak terlalu tinggi pulau-pulau yang dilalui cukup kelas, bahkan oarng main bola voli tampak jelas.
Sampai di Pulau Panjang seorang petugas memberi tahu bahwa kapal yang mau membawa aku sudah berangkat dari Pulau Putri dan dipersilahkan menunggu. Kira-kira seperempat jam menunggu datanglah kapal yang mau mengangkutku ke Pulau Putri. Sekarang di kapal ini baru benar-benar satu-satunya penumpang, karena teknisi yang ikut dari Jakarta bertugas di Pulau Panjang. Sepanjang perjalanan dengan kapal melewati beberapa pulau kecil yang tidak berpenghuni.
Sekitar setengah jam perjalanan dengan kapal sampailah di Pulau Putri. Pulau ini tdak luas namun cukup indah. Kalau kita mengelilingi pulau ini dengan jalan kaki diperlukan waktu tidak lebih dari 10 menit. Pulau Putri pulau yang romantis, sesuai namanya dan cocok untuk berbulan madu.
(tsubiyoto)

DIMANA KACA MATAKU.

Suatau hari temanku mau berangkat kerja seoerti hari-hari biasanya. Sebelum menghidupkan mesin mobilnya dia merasa ada yang kurang, belum memakai kaca matanya. Maka dia balik kekamar mencari kaca matanya, tetapi tidak ditemukan. Dia panggil istrinya untuk mencarikan kaca matanya. Istrinya sibuk kesana kemari mencari kaca mata, namun tidak ketemu juga.
“Tadi sebelum mandi aku taruh di meja rias, masak nggak ada sih”.
Masih saja terus mencari kaca mata di kamar-kamar tidur, ruang tamu, teras, tapi tetap saja tidak ketemu. Akhirnya di tanya kepada pembantunya.
“Nik, kamu lihat kaca mata bapak nggak?”
“Kaca mata......?”
“Iya kaca mata yang tiap hari saya pakai”.
“Lha itu.......... yang bapak pakai ........bukan?”
Dirabanya mukanya,.......ternyata kaca mata sudah bertengger.
“Oh iya ......... ya sudah”, agak malu juga dia.
“Ma kaca matanya sudah ketemu” setengah berteriak kepada istrinya, terus kembali ke mobil. Ada-ada saja kaca mata dipakai dicari-cari. Tapi maklum usia sudah setengah abad.
(tsubiyoto)

Jumat, 12 Juni 2009

KODE CABANG

Ini cerita dari temanku yang tugas ke Surabaya di Kantor Telkom dalam rangka komputerisasi Telkom dengan memakai Komputer NCR. Temanku tadi kebetulan bareng dengan konsultan NCR yang orang bule. Bule ini melakukan survey untuk membuat design file dan laporan yang akan dipakai dan dihasilkan komputer. Semua orang sedang mengerjakan pekerjaannya masing-masing termasuk temanku dan si bule.
Tiba-tiba si bule memanggil salah satu staf EDP (kalau sekarang lebih dikenal IT ).
“Sungkono.....”, panggilnya dengan logat bulenya.
Tapi yang dipanggil diam saja. Mungkin karena masalah bahasa dia pura-pura tidak mendengar, biar yang lain yang dipanggil.
“Sung...kooo....noooo....!”, panggilnya lebih keras dan lebih terdengar lebih lucu logat bulenya.
“Ya, tuan.......”, temanku senyum-senyum mendengar jawaban tersebut.
“How many digits for Kode Cabang”
Dengan tergagap mas Sungkono menjawab : “Surabaya......, Malang...., Kedirii......Banyuwangi.........”, menyebutkan sejumlah Cabang di Jawa Timur, yang segera dipotong oleh si bule.
“No..., no...., no...., Sung..ko..no........ I mean how many digits”.
“Oh, ... two ....two digits”
“Oke, thanks”.
Legalah mas Sungkono.

(tsubiyoto)

GAYUNGNYA GELAS

Tahun 1977 temanku seorang teknisi komputer diberi tugas untuk training di A.S. Setiba di Dayton dia menginap disalah satu hotel berbintang. Waktu itu di kantorku kalau teknisi tugas keluar kota (di Indonesia) jatah menginap adalah di hotel yang tidak berbintang alias kelas melati. Jadi saat itu pertama kali dia menginap di hotel berbintang, waktu itu sering disebut hotel internsional. Sehabis melihat-lihat situasi disekitar hotel dia bermaksud mandi.
Masuk kamar mandi dia lihat baknya bentuknya panjang dan rendah tidak seperti kamar mandi hotel melati di Indonesia atau yang biasa dia pakai. Lain ladang lain belalang pikirnya. Setelah bak mandi diisi penuh dia cari-cari gayung namun tidak ada. Yang dia temukan cuma gelas. Karena tidak ada lagi yang dipakai untuk gayung maka dipailah gelas tadi sebagai gayung. Sebetulnya gelas tersebut disediakan untuk kumur-kumur waktu sikat gigi. Dia belum tahu bahwa seharusnya dia mandi sambil berendam karena tempat mandinya berupa Bath Tub. Mandilah dia sambil jongkok. Selesai mandi alangkah terkejutnya dia karena air bekas mandi penuh dilantai hampir keluar kekamar tidur. Rupanya tempat pembuangan air sedikit tersumbat. Dengan tergesa-gesa dia mengeringkan air dengan menggunakan handuk. Dicelupkan handuk tersebut digenangan air kemudian diperas di wastafel.
Itulah pengalaman temanku yang berasal dari daerah, diterima kerja di Jakarta kemudian mendapat kesempatan training di Amerika dan menginap di hotel berbintang.
(tsubiyoto

Juara duniapun tidak bisa.

Waktu itu aku sedang menginap di salah satu villa di kawasan Puncak bersama teman-teman kantor. Halaman villa cukup luas. Ada kolam renang dibelakang, ada lapangan tenis dan lapangan badminton disamping. Sore itu kami bermain olah raga. Ada yang main tennis ada yang main badminton. Aku mula-mula main badminton. Selesai main badminton aku nonton teman-teman yang sedang main tenis.
Setelah mereka selesai aku dan salah satu teman iseng-iseng main pukul-pukul bola, karena sama-sama tidak bisa main tenis.. Karena dua-duanya “bego” maka bola lebih sering keluar lapangan . Suatu saat teman mainku memberi umpan yang cukup enak untuk dikembalikan. Maka aku pukul dengan sekeras-kerasnya. Namun anehnya aku tidak mendengan suara bola jatuh ketempat lawan atau jatuh dibelakangku. Aku celingukan mencari bola sambil nanya : “Mana bolanya?”. Anehnya temanku bukannya menjawab malah tertawa terpingkal-pingkal, demikian juga anak-anak dan teman lain yang melihat semua tertawa sambil nunjuk ke aku. Setelah aku cari-cari ternyata bola menempel diraket, pas ditengah-tengah lobang bentuk segi tiga pada rangka raket. Maka akupun jadi terpingkal-pingkal juga.
Capek main pukul-pukulan bola dan capek mungut bola maka kami kumpul dipinggir lapangan. Teman-teman masih saja tertawa dam leledek saya atas kejadian tadi, lalu aku bilang “Ivan Lendl saja nggak bisa melakukan seperti saya tadi”. Ivan Lendel adalah pemain top saat itu.
(tsubiyoto)

Kamis, 11 Juni 2009

TERNYATA SAMA-SAMA TERBUKA

Waktu itu tahun 1976 aku tugas ke Bandung untuk melakukan pelatihan penggunaan mesin Front Office Cashier di N.H.I. Yang ikut pelatihan bukan mahasiswa tetapi dosennya (nggak nyombong lho...) NHI adalah National Hotel Institute tempat pendidikan bagi para ahli perhotelan, sekarang mungkin namanya sudah berubah. Aku menginap di hotel Braga. Sesuai namanya hotel tersebut terletak di jalan Braga,jalan yang dulu sangat terkenal. Aku pilih kamar didepan yang menghadap ke jalan karena kalau duduk santai diteras bisa sambil cuci mata, meskipun halamannya agak luas. Selain itu kalau ada tukang jualan makanan, kalau mau tinggal panggil saja dari teras. Sedangkan Front Office nya berada agak kedalam. Hotel ini saat itupun sudah termasuk kuno, mungkin peninggalan jaman kolonial. Sekitar lima hari akau menginap disitu.

Hari terakhir tugas di Bandung aku mau bereskan tagihan hotel. Sebelumnya aku ganti celana pakai jeans biar terlihat santai. Saat menuju Front Office aku melihat wanita muda cantik yang juga mengenakan celana jeans. Dari jarak sekitar 6 meter wanita itu senyum-senyum melihatku, namun pandangannya selain kearah wajahku juga kearah bagian agak bawah tubuhku. Aku nggak tahu maksudnya dia senyum-senyum. Aku perhatikan ternyata retsluiting celananya terbuka. Aku jadi berpikiran jelek apakah dia sengaja “memancing-mancing” . Aku tidak sempat memberi tahu tentang resluitingnya karena dia dari arah utara keselatan, sedang aku dari arah barat dan tidak sempat berpapasan langsung.

Sekembali dikamar aku penasaran kenapa wanita tadi melihat kearah bawah tubuhku. Ternyata ..................ya ampun ........... resleting celanaku tidak terkancing. Jadi wanita tadi senyum-senyum karena melihat resletingku terbuka. Namun dia nggak sadar bahwa celananya juga resletingnya terbuka. Aku nggak tahu apa reaksinya setelah dia tahu. Kemungkinan tertawa sendiri dan malu sendiri. Yang aku heran kok bisa sama-sama resletingnya terbuka bisa berpapasan tapi masing-masing tidak sadar.

( tsubiyoto )

RENCANA KERJA

Waktu itu aku bekerja di perusahaan agen tunggal komputer asal Amerika. Disitu boss-nya beberapa orang asing, termasuk di bagian saya. Suatu ketika Boss-ku lewat diruang kerja kami. Melihat salah satu temanku agak santai dia lalu menghampiri. Kemudian ditanyakan tentang jadual pembuatan program dan pelatihan operator yang menjadi tugasnya. Temanku segera mengeluarkan jadual rencana kerja . Setelah diperhatian dan ditanya sana sini, boss bilang cukup bagus dan kemudian bertanya
“ When do you start?”
“Next week” , jawab temanku. Hari itu hari Jumat maka dijadwalkan mulai hari Senin.
“And finish?”
“Last week” jawab temanku yakin.
“Ha ??? si-bule terbelalak sambil senyum-senyum.
“So you already finish before start.” komentar bule sambil ketawa, tapi dia juga maklum soalnya bahasa Inggris kami memang berantakan kalau ngomong.
Setelah boss pergi aku tanya sama temanku “Apa sih maksudmu kok bilang selesainya last week”.
“Maksuku mau bilang selesainya pada minggu terakhir bulan ini”.
“Oh ...”.

(tsubiyoto)

Tigo Suku

Kejadian ini sudah lama di pertengahan tahun tujuhpuluhan. Saat teman saya ditugaskan ke Padang untuk melatih operator mesin pembukuan di Bank Indonesia Cabang Padang. Hari pertama mau bertugas dari hotel dia mau naik delman, kendaraan yang masih banyak dijumpai waktu itu. Sebelum naik bertanyalah dia kepada pak Kusir,
“Pak berapa ke Bank Indonesia?”
“Tigo suku, ayolah”, jawab pak kusir.
Temanku ini tidak mengerti bahasa Padang, namun dia tidak mau bertanya. Dia pikir-pikir tigo suku sama dengan tiga setengah. Waktu itu kalau naik becak atau delman masih sekitar ratusan rupiah. Jadi tiga setengah artinya tiga ratus lima puluh. Namun karena sebelumya temanku itu sudah menenyakan kepada pegawai hotel bahwa jarak antara hotel dengan Bank Indonesia cukup dekat, maka ditawarnya
“Pak dua ratus rupiah aja ya?”
“Ayolah naik” jawab pak kusir (mungkin dengan muka berseri)
Tidak berapa lama sampailah didepan Bank Indonesia, dan dibayarlah Rp.200,- kepada pak Kusir.
Setelah melapor ke Kepala Bagian Pembukuan, kemudian ditunjukkan tempat mesin dan para calon operator yang akan ikut pelatihan. Pelatihan tidak ada hambatan karena peserta memang sudah biasa menjalankan mesin pembukuan, hanya sedikit ada perubahan program dibanding program yang lama.
Saat istirahat karena masih penasaran dengan “togo suku” temanku bertanya kepada salah seorang operator :
“Kalu tigo suku itu artinya berapa sih pak?”
“Tigo suku arti sebenarnya adalah tigo adalah tiga sedangkan suku artinya setengah rupiah. Jadi tigo suku artinya satu setengah rupiah. Namun untuk sekarang artinya seratus lima puluh rupiah. Memang ada apa sih pak kok nanya tigo suku”. Maka diceritakan kejadian pagi tadi. Maka meledaklah ketawa semua operator termasuk temanku. Itulah akibatnya tidak tahu tapi tidak mau tanya.
Cerita temanku itu mengingatkan saya waktu kecil sering menggunakan istilah bahasa Jawa yaitu “telung suku” yang artinya sama persis dengan “tigo suku”.
(tsubiyoto)